Sahabat?
Sudah menjadi fitrah, manusia sebagai makhluk sosial. Bergaul dan bermasyarakat merupakan bagian dari kebutuhan super primer manusia. Tentunya tanpa adanya hubungan dengan oranglain seorang manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun Tarzan hidup sendiri di hutan, namun setidaknya dia pernah dilahirkan oleh seorang ibu yang pasti pernah melakukan suatu interaksi/hubungan. Terlebih lagi kita, yang setiap hari, setiap saat melakukan unteraksi dengan orang lain.
Dalam berhubungan dengan orang lain tentunya kita mengenal istilah teman/sahabat. Setiap orang pasti punya sahabat/teman, baik itu anak-anak ataupun dewasa.
Semua bisa berawal dari sahabat. Sahabat bisa jadi apa saja. Bisa menjadi orang yang sangat dekat seperti suami atau istri, bisa menjadi rekan sepeti Batman dan Robin, bisa menjadi pacar seperti Rama dan Sinta atau Minke dan Annelis, bisa juga menjadi musuh seperti Kobil dan Habil atau seperti Brahmana dan Rahwana.
Sahabat yang baik adalah yang selalu berada di samping ketika dalam kejayaan ataupun dalam keterpurukan.
Sahabat adalah dia yang selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh, karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Saat mata menangis, tangan menghapusnya.
Siapapun bisa menjadi sahabat. Persahabatan tidak membedakan golongan, ras, gender, tingkatan, atau kelas. Mencari sahabat hampir sama dengan mencari ilmu. Ilmu apapun boleh kita tahu, sekalipun ilmu menipu atau mencopet, misalkan, karena dengan ilmu itu bisa terhindar dari penipuan atau pencopetan. Begitu juga mencari teman, siapapun bisa menjadi teman, sekalipun tukang copet atau tukang tipu misalkan. Yang terpenting bagaimana kita bisa memilih mana yang baik dan yang tidak. “Dimanapun bumi di jungjung disana kita mengabdi”, artinya diamanapun kita berada, dengan siapapun kita berteman, maka kita harus bisa memberikan manfaat terhadapat lingkungan dan teman-teman sekitar, “sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi manusia”.
“Berada di dekat tukang ikan, maka akan terbawa bau ikan, berada di dekat tukang parfum, maka akan terbawa wangi parfum”. Perlu kiranya memilih teman, apabila memang ada ketakutan terhadap terjerumus atau terkontaminasi dengan teman yang berkelakuan kurang baik. Tapi sekali lagi yang terpenting, harus mempunyai komitmen terhadap keinginan dan kesungguhan untuk selalu berbuat baik, selalu mau belajar, selalu mau memberi, dan selalu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Jangan tanyakan berapa banyak yang sudah dia berikan dan apa yang sudah dia kerjakan, tapi coba tanyakan apa dan berapa banyak yang sudah anda lakukan atau berikan. Karena bagaimanapun persahabatan tidak dapat diukur dengan apa yang sudah diberikan saja, tapi juga ketulusan dan keiklasan dalam bersahabat. Begitu juga ketulusan, tidak dapat menilai seseorang dari tingkah-laku atau perbuatannya dengan ukuran ketulusannya. Namun yang terpenting adalah selalu berbuat dengan ikhlas dan berperasangka dengan baik. Bersahabat bukan hitungan kuantitatif tapi kualitatif juga.
Tidak dapat terbayangkan jika hidup tanpa sahabat. Kemana-mana hanya sendiri tidak ada teman ngobrol atau buat pegangan tangan. Kalau nyasar, nyasar sendirian, kalau malu ya malu sendiri, kalau takut juga takut sendirian.. Ketika ada masalah hanya bisa dipendam sendirian yang ujung-ujungnya kalau tidak kuat bisa jerawatan atau jatuh sakit. Kalau lagi tajir juga gak ada teman berbagai. Sepi rasanya dunia ini. Dunia serasa milik sendiri alias sendirian, dan yang lain...tidak ada, tidak ada satu rangpun Iiii tatut.
Sudah menjadi fitrah, manusia sebagai makhluk sosial. Bergaul dan bermasyarakat merupakan bagian dari kebutuhan super primer manusia. Tentunya tanpa adanya hubungan dengan oranglain seorang manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun Tarzan hidup sendiri di hutan, namun setidaknya dia pernah dilahirkan oleh seorang ibu yang pasti pernah melakukan suatu interaksi/hubungan. Terlebih lagi kita, yang setiap hari, setiap saat melakukan unteraksi dengan orang lain.
Dalam berhubungan dengan orang lain tentunya kita mengenal istilah teman/sahabat. Setiap orang pasti punya sahabat/teman, baik itu anak-anak ataupun dewasa.
Semua bisa berawal dari sahabat. Sahabat bisa jadi apa saja. Bisa menjadi orang yang sangat dekat seperti suami atau istri, bisa menjadi rekan sepeti Batman dan Robin, bisa menjadi pacar seperti Rama dan Sinta atau Minke dan Annelis, bisa juga menjadi musuh seperti Kobil dan Habil atau seperti Brahmana dan Rahwana.
Sahabat yang baik adalah yang selalu berada di samping ketika dalam kejayaan ataupun dalam keterpurukan.
Sahabat adalah dia yang selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh, karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Saat mata menangis, tangan menghapusnya.
Siapapun bisa menjadi sahabat. Persahabatan tidak membedakan golongan, ras, gender, tingkatan, atau kelas. Mencari sahabat hampir sama dengan mencari ilmu. Ilmu apapun boleh kita tahu, sekalipun ilmu menipu atau mencopet, misalkan, karena dengan ilmu itu bisa terhindar dari penipuan atau pencopetan. Begitu juga mencari teman, siapapun bisa menjadi teman, sekalipun tukang copet atau tukang tipu misalkan. Yang terpenting bagaimana kita bisa memilih mana yang baik dan yang tidak. “Dimanapun bumi di jungjung disana kita mengabdi”, artinya diamanapun kita berada, dengan siapapun kita berteman, maka kita harus bisa memberikan manfaat terhadapat lingkungan dan teman-teman sekitar, “sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi manusia”.
“Berada di dekat tukang ikan, maka akan terbawa bau ikan, berada di dekat tukang parfum, maka akan terbawa wangi parfum”. Perlu kiranya memilih teman, apabila memang ada ketakutan terhadap terjerumus atau terkontaminasi dengan teman yang berkelakuan kurang baik. Tapi sekali lagi yang terpenting, harus mempunyai komitmen terhadap keinginan dan kesungguhan untuk selalu berbuat baik, selalu mau belajar, selalu mau memberi, dan selalu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Jangan tanyakan berapa banyak yang sudah dia berikan dan apa yang sudah dia kerjakan, tapi coba tanyakan apa dan berapa banyak yang sudah anda lakukan atau berikan. Karena bagaimanapun persahabatan tidak dapat diukur dengan apa yang sudah diberikan saja, tapi juga ketulusan dan keiklasan dalam bersahabat. Begitu juga ketulusan, tidak dapat menilai seseorang dari tingkah-laku atau perbuatannya dengan ukuran ketulusannya. Namun yang terpenting adalah selalu berbuat dengan ikhlas dan berperasangka dengan baik. Bersahabat bukan hitungan kuantitatif tapi kualitatif juga.
Tidak dapat terbayangkan jika hidup tanpa sahabat. Kemana-mana hanya sendiri tidak ada teman ngobrol atau buat pegangan tangan. Kalau nyasar, nyasar sendirian, kalau malu ya malu sendiri, kalau takut juga takut sendirian.. Ketika ada masalah hanya bisa dipendam sendirian yang ujung-ujungnya kalau tidak kuat bisa jerawatan atau jatuh sakit. Kalau lagi tajir juga gak ada teman berbagai. Sepi rasanya dunia ini. Dunia serasa milik sendiri alias sendirian, dan yang lain...tidak ada, tidak ada satu rangpun Iiii tatut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar