Minggu, 07 November 2010

Selasa, 09 Desember 2008

തവ റെലാഗ വരന അന്ടര PESONA ദാന്‍ മിടോസ്





TWA (Taman Wisata Alam) TELAGA WARNA ANTARA PESONA DAN MITOS

Ketika musim liburan sudah menjadi kebiasaan warga Jakarta dan sekitarnya banyak yang mengisi liburan ke dearah Bogor. Memang tidak salah karena Bogor merupakan kawasan wisata paforit yang menjanjikan berbagai pilihan wisata, terlihat ketika baru saja keluar dari pintu tol Jagorawi sudah bertebaran brosur-brosur dan atribut-atribut iklan villa, hotel, dan tempat-tempat wisata yang ada di wilayah Bogor. Maka tidak diragukan lagi jalan di kawasan puncak menjadi macet begitu juga beberapa tempat wisata yang ada di kawasan ini menjadi ramai.
Objek wisata di kawasan puncak, banyak kita jumpai sepanjang jalan menuju Cianjur, diantaranya ada Taman Safari Indonesia, Taman Wisata Matahari, air terjun Curug Cilember, Wisata Agro Gunung Mas dan lain-lain. Selain itu ada sebuah objek wisata yang bagus yang berada di tengah-tengah perkebunan teh yang menghampar, tepatnya berada di lereng Gungung Lemo dan Gunung Masigit bagian dari Pegunungan Mega Mendung dengan panorama bukit dan tebing yang menciptakan pesona alam luar biasa, yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna.
Telaga Warna, sebuah danau yang berada di kawasan puncak Bogor ini menjajikan pemandangan yang mempesona dan udara yang sejuk. Tidak heran kondisi ini membuat danau yang mempunyai luas 1 Ha ini ramai dikunjungi pada hari-hari libur. Pengunjung yang datangpun macam-macam, baik wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara. Pengunjung lokal kebanyakan berasal dari daerah Jabotabek. Sedangkan pengunjung manca negara kebanyakan berasal dari daerah Timur Tengah, Belanda, dan Australia. ”Pengunjung yang datang ke sini memang kebanyakan wisatawan lokal namun wiasatawan manca negara juga ada walaupun jumlahnya masih sedikit, seperti halnya wisatawan dari Timur Tengah” ujar Bapak Dikdik penjaga pintu masuk ke kawasan wisata ini yang saya temui.

Bagi pengunjung yang berasal dari kota besar seperti Jakarta, suasana di Telaga warna yang segar dan sejuk dapat dijadikan sarana refreshing setelah sibuk bekerja di tengah hiruk pikuk kota metropolitan yang kaya polusi. Seperti yang disampaikan salah satu pengunjung yang berasal dari Jakarta ”Saya dengan keluarga sedang lewat mau menuju ke Bandung, sambil istirahat kami mampir ke tempat ini, dan memang tempatnya bagus, kami di sini bisa makan-makan, jalan-jalan dan menghirup udara segar yang tidak pernah kami dapatkan di Jakarta”
Dengan hanya membayar tiket masuk sebesar dua ribu rupiah pengunjung TWA Telaga Warna bisa melakukan beragam kegiatan wisata, diantaranya berekreasi menikmati keindahan alam dengan keluarga atau teman, bagi yang memiliki hobi foto-foto dapat menyalurkan hobinya dengan foto hunting, melakukan penelitian tentang flora dan fauna bagi para pelajar dan mahasiswa, dan dengan tersedianya menara pengintai setinggi 13,5 meter para pengunjung dapat melihat serta mengamati berbagai jenis burung yang hidup di kawasan ini. Selain itu juga dengan topografi alam yang berbukit-bukit dan hamparan kebun teh yang membentang TWA Telaga Warna juga memiliki trak lintas alam yang menantang.
”Para pengunjung yang datang ke KWA Telaga Warna ini, dengan berbagai tujuan ada yang memang berniat jalan-jalan atau wisata, untuk mengadakan penelitian, dan ada juga yang hanya kebetulan lewat saja”, jelas Dikdik.


Untuk kenyamanan para pengunjung pihak pengelola telah menyediakan berbagai fasilitas, diantaranya trak alam, MCK/WC, shelter, pos jaga, information center, dan menara pengintai.
Selain karena pemandangan dan hawa sejuknya, kawasan wisata TWA Telaga Warna ini mudah dikunjungi, dengan jarak tempuh hanya satu setengah jam dari Jakarta atau tiga puluh menit dari pintu keluar Tol Jagorawi ke arah Cianjur, dan hanya satu jam empat puluh lima menit dari Bandung melalui Cianjur, tepatnya setengah km sebelum Mesjid At-Ta’awun. Kamudian dari Puncak Pas melalui jalan setapak di tengah perkebunan teh Gunung Mas PTPN VIII ditempuh dengan waktu 10 menit atau dengan kendaraan roda dua selama 3 menit. Sedangkan bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat diperlukan waktu 10 menit melalui jalan milik perkebunan dengan membayar karcis sebesar seribu rupiah, atau bisa dititipkan di pinggir Jalan raya Puncak tepatnya di depan Musola An-Nur.
Namun walaupun TWA Telaga Warna ini menjanjikan pesona alam yang cantik dan pihak pengelola telah menyediakan berbagai fasilitas bagi kenyamanan pengunjung, secara umum KWA Telaga Warna tidak seramai objek wisata lain yang berada di daerah puncak, tercatat dengan banyaknya wisatawan lokal yang datang pada tahun 2007 hanya mencapai 12.629 orang sedangkan untuk wisatawan asing sebanyak 460 orang, angka ini mencapai penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 13.061 orang wisatawan lokal dan 643 untuk wisatawan asing.
”Hal ini disebabkan oleh KWA yang luasnya masih kurang, sempitnya lahan parkir dan jalan masuk. Hanya kendaraan roda dua saja yang bisa langsung masuk ke KWA dengan menggunakan jalan milik KWA Telaga Warna, sedangkan kendaraan roda empat tidak bisa langsung sampai ke telaga, karena jalan mobil yang ada itu adalah milik perkebunan PTPN VIII” jawab Dikdik, ketika ditanya penyebab kurangnya wisatawan yang berkunjung.


Pihak pengelola dalam hal ini Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat juga teleh menjadikan kawasan ini sebagai kawasan konservasi, ”Air yang ada di danau ini berasal dari mata air yang berada di sekeliling danau dan dari air hujan. Kawasan ini juga termasuk kawasan konservasi hewan dan tumbuhan” jelas penjaga pintu masuk yang juga salah satu staf dari Departemen Kehutanan Jawa Barat.
Tidak diragukan lagi, sebagai hutan lindung dan daerah konservasi alam TWA Telaga Warna banyak ditumbuhi berbagai pepohonan yang menghijau lebat mengelilingi kawasan ini dan dapat dengan mudah kita menemukan monyet-monyet yang bergelantungan di dahan-dahan pepohonan.

Sebagai wilayah konservasi yang luas keseluruhannya mencapai 368,25 Ha Cagar Alam Telaga Warna memiliki berbagai jenis flora hutan tropika, di-antaranya Puspa dengan nama latinnya Schimawalichi, Keliho atau Saurauha sp, Pakis atau Dysoxillu, Tebe (Sloare sigun), Pasang (Querlus sp), Saninten (Elaeocarpus), Pulus (Laperte sp), Walen Ficus ribes) Nagsi (Villebrunea sp), Pandan (Pandanus sp), Kihiur (Castanopsis javanica), dan lain-lain, serta beberapa jenis tumbuhan bawah, diantaranya Paku Tiang (Alsivhilya glauca), Rame (Lycovodiumcenum), Rotan (Calamus sp), dan masih banyak lagi jenis lainya.
Selain beragam jenis flora terdapat juga berbagai jenis fauna yang hidup di kawasan ini, meliputi mamalia, primata, aves, dan reptilia. Adapun jenis mamalia anatara lain macan tutul (panthera tigris), babi hutan (suserova), musang (paradoxiurus hemaproditus), dan lain-lain. Jenis primata diantaranya kera abu-abu (macacapascicularis), surili (presbyetis aygula), dan lutung (presbyetis cristata) yang terdiri dari lutung merah dan hitam. Sedangkan jenis apes diantaranya elang jawa (spizaetus bartelsi), burung madu (anthreytes malacensis), kutilang (pycnonotus aurigoster), dan lain-lain. Adapun jenis reptilia diantaranya banyak berbagai jenis ular dan kadal. Selain itu berbagai jenis serangga seperti kupu-kupu, jangkrik, dan jenis-jenis lainnya.

Sebagai kawasan konservasi, TWA Telaga Warna ini banyak dijadikan objek penelitian oleh mahasiswa-mahasiswa pertanian, kehutanan, MIPA, dan lain-lain. Diantaranya mahasiswa yang berasala dari IPB, UI, Unpak Bogor, UNPAD Bandung, Unwim Bandung, Unnas Jakarta, dan Asyafi’iyah Jakarta.
Selain dengan kecantikan pesona pemandangan alamnya yang elok yang dapat membawa siapapun yang melihatnya terpesona berdecak kagum dan hawa segar udaranya yang sejuk menjanjikan kandungan oksigen yang murni yang tidak mudah ditemukan di daerah Jabotabek ini, Telaga Warna juga mampunyai cerita tersendiri bagi masyarakat disekitarnya. Seperti yang jelaskan oleh Bapak Mugni, seorang warga yang tinggal di kawasan ini yang lebih senang dipanggil Ugi.
”Menurut mitos yang dipercayai masyarakat sekitar, menyebutkan bahwa danau Telaga Warna ini airnya kadang-kadang bisa berwarna-warni makanya disebut Telaga Warna, yang kalau di Bahasa Indonesia-kan menjadi Danau Berwarna”, jelas Pak Ugi. Namun berbeda dengan yang dijelaskan Dikdik, bahwa perubahan warna yang terlihat pada permukaan airnya ini disebabkan oleh pembiasan dari pantulan sinar matahari dan tumbuh-tumbuhan air yang berada di dasar danau.
Begitu juga dengan proses terjadinya danau ini, masyarakat sekitar mempercayai mitos yang mereka yakini secara turun temurun. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Ugi berikut.
”Pada jaman dahulu kala dikawasan puncak tepatnya di lereng Gunung Lemo komplek Pegunungan Mega Mendung terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama kerajaan Kutatanggeuhan, yang berarti kota andalan. Kerajaan ini sering huga disebut kerajaan Kemuning Kewangi yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Swarnalaya dan didampingi oleh permaisuri yang bernama Ratu Purbamanah. Pada masa keemasannya, setelah sang raja bersemedi untuk berdoa memohon dikaruniai anak, sang raja dikaruniai seorang putri yang sangat diidam-idamkannya”.

Setelah menyalakan rokok Ugi melanjutkan ceritanya, ”Putra sang raja tersebut adalah seorang perempuan cantik yang diberi nama Nyi Mas Gilang Rukmini atau Nyi Mas Ratu Dewi Kencana Wungu Kuncung Biru. Kelahiran putri cantiknya ini disambut dengan gembira oleh kerajaan ditandai dengan diadakannya pesta penyambutan selama tujuh hari tujuh malam. Berbagai hadiah dari kerajaan dan seluruh rakyat banyak berdatangan sebagai ungkapan rasa sukur dan hormat. Menginjak usian 17 tahuh kecantikannya tidak ada duanya di seluruh tanah Pasundan. Pada perayaan ulang tahunnya yang ke 17 putri menginginkan tiap helai rambutnya dihiasi emas permata. Karena sang perabu adalah seorang yang arif dan adil, raja memberikan sebuah kalung indah yang dibuat oleh sang empu sakti dari emas dan mutiara-mutiara. Pada waktu perayaan ulang tahun sang putri, raja memberikan hadiah tersebut. Namun sang putri tidak menerimanya malah melemparkannya hingga putus bercerai berai. Hal ini membuat semua yang hadir terpaku dan sang permaisuri pun menangis tak henti-henti, pada saat bersamaan terjadi keajaiban, bumi bergoncang dan keluarlah air yang semakin lama semakin membesar sehingga membentuk sebuah danau/talaga dan menenggelamkan kerajaan beserta segala isinya, kemudian dari dasar telaga memancarkan cahaya yang berwarna-warni yang diduga berasal dari kalung yang telah bercerai berai dan karena itulah danau ini disebut Telaga Warna”.
Sambil sesekali menghisap rokoknya Pak Ugi banyak bercerita yang lainnya perihal mitos yang berkembang di masyarakat diantaranya, bahwa di Telaga Warna ini juga dipercayai oleh masyarakat terdapat dua ekor ikan purba yang konon masih hidup sampai sekarang. Ikan purba tersebut yang pertama berwarna merah dan diberi nama Si Layung, sedangkan yang kedua berwarna hitam dan diberi nama Si Tihul. Ikan ini juga jarang menampakan diri, tetapi menurut kepercayaan masyarakat, apabila ada orang yang melihatnya maka segala cita-citanya akan terkabul.
Selain itu banyak orang yang percaya bahwa air telaga berkhasiat untuk pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita. Sehingga banyak pengunjung yang mengambil airnya dan tak jarang yang mandi di telaga.
Namun apapun mitos yang berkembang tentang Telaga Warna ini, tetap saja bahwa keberadaan telaga dan kawasan ini sangat diperlukan bagi makhluk hidup. Maka peran serta dari masyarakat dalam hal ini para pengunjung sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pelestariannya, jelas Dikdik.
Bapak Ugi menjelaskan bahwa masyarakat di sini kesal sekali dengan pengunjung yang membuang sampah sembarangan dan pengunjung yang merusak tumbuhan serta orang yang sengaja melakukan pemburuan hewan di kawasan ini. ”Kami saja tidak berani merusak tempat ini, kenapa mereka yang hanya pengunjung berani melakukannya?” tambah BapakUgi.

Malah Dikdik menjelaskan KWA Telaga Warna sebagai derah konservasi, melarang siapapun mencabut atau merusak tanaman dan melakukan pemburuan atau memberi makan pada binatang-bintang yang berada di wilayanh ini. Karena hal itu akan merusak ekosistem yang ada dan juga bisa membahayakan.
Karena pentingnya keberadaan KWA Telaga Warna ini, siapapun yang datang ke tempat ini seharusnya menjaga betul-betul agar jangan sampai rusak atau hancur. Karena siapa lagi yang akan menjaga alam kalau tidak kita sendiri sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini.






Materi Wawancara tentang Telaga Warna

A. Narasumber penjaga/pengelola
1. Apa saja yang bisa dikunjungi/dinikmati pengunjung di tempat ini?
Pemandangan alam, foto hunting, pengamatan burung, lintas alam
2. Sarana apa saja yang ada di kawasan wisata Telaga warna ini?
Track alam, WC/MCK, shelter, pos jaga, information center dan menara pengintai
3. Berapa luas telaga warna? Berapa kedalamannya?
Luas danau 1 ha,
4. Berasal dari mana asal air Telaga Warna ini?
Berasal dari mata air-mata air yang berada di sekeliling danau, dan air hujan. Pada musim hujan air telaga akan mengalir ke daerah perkebunan teh.
5. Berapa luas keseluruhan kawasan Telaga Warna ini?
luas seluruh KWA 368,25 ha
6. Selain tempat wisata, digunakan untuk apa saja kawasan ini?
Penelitian dan pendidikan
7. Berapa banyak wisatawan yang datang ke tempat ini pada tahun lalu?
Tahun Wisatwan Lokal Wisatawan Asing
2004 4.370 330
2005 5.690 507
2006 13.061 643
2007 12.629 460

8. Siapa yang mengelola kawasan wisata ni?
Yang mengelola Departemen Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I
9. Apa upaya pengelola untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang?
Sedang mengajukan akses jalan yang langsung menuju ke TWA Telaga Warna, sementara jalan yang dimiliki sekarang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, adapun kendaraan roda empat menggunakan jalan yang dimiliki oleh Perkebunan PTPN Nusantara VIII.


B. Masyarakat sekitar Telaga Warna
1. Bagaimana mitos/kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar tentang Telaga Warna ini?
2. Mengapa disebut telaga warna?




















Judul Berita
TAMAN WISATA ALAM (TWA) TELAGA WARNA
ANTARA PESONA DAN MITOS

Jenis Berita
Berita Wisata

Lokasi
TWA Telaga Warna Puncak km 87,
Kec.Cisarua Kab.Bogor Jawa Barat

Peliputan dan Wawancara
Kamis, 17 Januari 2008
Jam 13.00 WIB s.d 16.45 WIB

Narasumber
1. Bp. Dikdik (Penjaga pintu masuk TWA Telaga Warna
dan staf Departemen Kehutanan Prov. Jawa Barat
2. Bp. Mugni alias Ugi (Penduduk masyarakat sekitar
TWA Telaga Warna)



Disusun Oleh :
WAWAN SUMARWAN
NPM. 200621579061







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
2008

Jumat, 24 Oktober 2008

Makalah "Membaca Ide"

Keterampilan Berbahasa
Membaca Ide

I. Pendahuluan

Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu :
Keterampilan menyimak/mendengarkan
Keterampilan berbicara
Keterampilan membaca
Keterampilan menulis
Keempat keterampilan tersebut berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya (satu kesatuan/catur tunggal). Karena setiap keterampilan itu berhubungan dengan proses berfikir yang mendasari bahasa atau menurut pribahasa ”Bahasa seseorang mencerminkan fikirannya”. Namun pada makalah ini kami hanya berbicara tentang keterampilan membaca (dalam hal ini keterampilan membaca isi membaca ide).
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperolah pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. Atau dengan kata lain membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca yaitu melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di hati), mengucapkan, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Dengan kata lain membaca bertujuan untuk :
Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
Memperoleh ide-ide utama
Mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita
Menyimpulkan/membaca inferensi
Mengelompokan/mengklasifikasikan
Menilai/mengevaluasi
Memperbandingkan/mempertentangkan
Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, terbagi kedalam dua aktivitas, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif. Sedangkan membaca ide termasuk kedalam cakupan membaca telaah isi yang tergolong membaca intensif.

-------------------------------------------------------------------------------------------------


II. Membaca Ide (Reading for Ideas)


A. Pengertian Membaca Ide

Seperti halnya dengan keterampilan membaca telaah isi yang lainnya (yaitu membaca teliti, membaca pemahaman, dan membaca kritis), membaca ide juga merupakan hal yang sangat penting dalam memahami serta menemukan gagasan yang disampaikan oleh penulis pada tulisannya.
Di atas telah dikemukakan tentang pengertian dari membaca. Sedangkan kata ”ide” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita.
Terdapat beberapa pengertian tentang membaca ide, diantaranya yaitu :
Membaca ide juga berarti sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Membaca ide merupakan mengerahkan kemampuan keterampilan membaca untuk menangkap ide pokok pada sebuah bacaan.
Membaca ide berarti membaca untuk menemukan pikiran, gagasan, cita-cita yang terdapat pada wacana yang dibaca.
Membaca ide merupakan tahapan pertama untuk memajukan pemahaman dari maksud penulis yang terdapat pada tulisannya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca ide adalah proses membaca yang bermaksud menemukan dan memahami ide, gagasan, cita-cita dan maksud pengarang/penulis yang terdapat pada tulisannya.
Contohnya ketika kita membaca sebuah buku/bacaan. Untuk memudahkan kita mendalami buku/bacaan tersebut, hendaklah kita selalu menemukan ide pokok pada setiap buku/bacaan yang meliputi:
1. Ide pokok buku/bacaan keseluruhan
2. Ide pokok bab/judul
3. Ide pokok bagian bab/sub bab, sub judul
4. Ide pokok paragraf
Ke-empat ide pokok tersebut harus kita temukan dan pahami. Hal ini lah yang disebut dengan membaca ide.


B. Hubungan Membaca Ide dengan Keterampilan Membaca Telaah Isi yang lain (membaca teliti, membaca pemahaman, dan membaca kritis)

1. Hubungannya dengan membaca teliti
Untuk membaca ide pada setiap bacaan tentunya perlu ketelitian yang baik dari pembaca untuk menemukan ide, gagasan pada tulisan yang dibacanya. Maka terlihat jelas membaca teliti merupakan tahapan untuk mencapai/menemukan ide, gagasan dalam bacaan.
2. Hubungannya dengan membaca pemahaman
Bagaimana kita dapat menemukan ide, gagasan dalam tulisan apabila kita tidak memahami bacaan yang kita baca tersebut. Maka membaca pemahamn juga erat hubungannya dengan membaca ide.
3. Hubungnya dengan membaca kritis
Seorang pembaca kritis tidak akan mampu menganalisis suatu bacaan apabila dia sendiri tidak mengetahui/menemukan gagasan, ide yang sebenarnya yang dimaksud oleh penulis. Maka membaca ide adalah salah satu tahapan untuk menjadi pembaca kritis, dan begitu juga sebaliknya.


C. Manfaat Membaca Ide

Orang yang lebih banyak membaca maka akan mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman, dan orang yang kaya akan ilmu dan pengalaman akan mudah berbicara atau menulis tentang ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya.
Begitu juga semakin banyak membaca orang akan semakin terampil berbahasa, dan orang yang terampil dalam berbahasa akan semakin cerah dan jelas jalan fikirannya.
Ketika kita membaca sebuah buku, apakah buku tersebut kita baca secara keseluruhan begitu saja? Tanpa tahu apa maksud yang disampaikan si penulis yang mampu memberikan peningkatan kualitas ilmu dan pengalaman kita. Atau kita cukup tahu saja maksud si penulis? Namun tanpa menemukan ide, gagasan, serta cita-cita si penuli dalam tulisannya.
Dalam membaca apa saja, hendaklah kita menemukan ide pokok pada bacaan tersebut. Jangan sampai hanya membuang waktu untuk menekuni detail semua bacaan
Dengan membaca ide memberikan banyak manfaat bagi tercapainya tujuan membaca yang optimal dan mampu membawa kepada peningkatan berbahasa bagi pembacanya.
Dengan membaca ide kita dapat menemukan gagasan, ide yang terkandung pada bacaan dengan cepat dan tepat tanpa membacanya secara keseluruhan secara detail.
Dengan membaca ide atau gagasan pokok maka kita sebenarnya telah menghemat waktu dan tenaga dalam membaca.

D. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Ide?

Kemampuan membaca ide merupakan keharusan yang dimilki oleh para mahasiswa/pelajar pada khususnya, begitu juga bagi setiap pembaca pada umumnya. Tentunya dengan maksud untuk mencapai tujuan membaca yang optimal.
Untuk menjadi seorang pembaca ide, kita harus menjadi seorang pembaca yang baik (a good raider). Bagaimana untuk menjadi seorang pembaca yang baik?
Berikut ada beberapa cara untuk menjadi sorang pembaca yang baik, yaitu:
1. Mengetahui alasan kenapa dia membaca
2. Memahami apa yang dibacanya
3. Menguasai takhnik kecepatan membaca
4. Mengenal berbagai media cetak
Selain cara di atas ada cara yang lain untuk menjadi seorang pembaca ide, yaitu berusaha menemukan dan menangkap ide pokok. Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat dan tepat kita harus :
1. Berpikir bersama penulis, mengikuti struktur dan gaya penulisannya.
2. Baca dengan mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide pokok, secara cepat.
3. Jangan baca kata per kata, melainkan serap ide.
4. Bergerak lebih cepat, tapi jangan kehilangan pengertian.
5. Bacalah dengan cepat, dengan cepat mengerti idenya. Get in, get the thought, and get out.
6. Anda harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral.
7. Kurangi kebiasaan menekuni detail kecil.
8. Cepat bereaksi terhadap pokok dari suatu karangan dengan akurat.
Namun pada dasarnya untuk meningkatkan kemampuan membaca ide tidak ada cara/metode yang paling tepat, karena setiap pembaca harus mengembangkan sendiri strategi ataupun metode-metode untuk membaca ide. Tapi beberapa cara/metode/resep di atas tentunya bisa dicoba.

-------------------------------------------------------------------------------------------------


III. Kesimpulan

Keterampilan membaca ide sebagai bagian dari keterampilan berbahasa membaca yang berhubungan dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya (menyimak, berbicara dan menulis) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan ketiga keterampilan membaca telaah isi yang lain (yaitu membaca telti, membaca pemahaman, dan membaca kritis).
Membaca ide adalah sejenis kegiatan/proses membaca yang ber-maksud menemukan dan memahami ide, gagasan, cita-cita, rancangan yang tersusun dalam pikiran si penulis dan maksud pengarang/penulis yang terdapat pada tulisannya.
Manfaat membaca ide adalah selain menemukan gagasan, ide, maksud, dan cita-cita dari penulis yang tertuang di dalam sebuah bacaan, juga untuk mewujudkan tujuan membaca yang optimal. Sehingga mampu memberikan penigkatan kualitas/mutu pengalaman, ilmu, dan kebahasaan bagi si pembaca.
Tidak ada metode yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan membaca ide. Namun dengan menjadi seorang pembaca yang baik dan berusaha menemukan dan menangkap ide pokok dari setiap bacaan, tentunya kita dapat menjadi seorang pembaca ide.







---------------------------------**--------------------------**---------------------------------

REFERENSI :


MEMBACA Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan
Angakasa – Bandung – 1979
Pendidikan Keterampilan Berbahasa
oleh Drs. Djago Tarigan, M.Pd.,dkk –
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka (2004)
Artikel dari Indra Gunawan,
Direktur Toko Buku Gramedia,
diambil dari Kompas.Com. (2007)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Edisi kedua – Balai Pustaka Jakarat – 1996
Jurus Membaca Cepat Untuk Meningkatkan Belajar dan
Kinerja Kita (Oleh Soedarsono)
Halo Indonesia.com Minggu, 17 Juni 2007

Senin, 13 Oktober 2008

Kumpuln Puisi "Buat yang Membaca"

Kumpulan Puisi "Buat yang Membaca"
(Oleh: WAWAN SUMARWAN)


Hampir Habis

Mentari mulai ke ufuk
Nanti jangan cari lagi ia
Tapi tunggulah rembulan
Walau besok kau lihat lagi ke timur
Tapi itu bukan yang kemarin
Mentari lalu telah pergi
Mengelana cari bunga kwaci bukan mawar
Karena hanya ialah yang berharap penuh kesetiaan
Benar 30 derajat lagi akan sirna
Cahyanya sudah kuning lembayung
Hampir hilang dalam harap dan sesal.



Siapa Kau?

Kala mentari bersinar
Cahayanya tulus menghangatkan bumi
Menghiasi bunga-bunga di taman
Tak perduli bunga kwaci atau mawar


Ada apa ini?

Entah apa yang terjadi
Langit sudah tak lagi kemarin
Metamorfosis keengganan
Samudra berkohesi bersumber pada titik tak terdetek
Gemuruh halilintar terdentum namun hujan tak tertetes
Ada pisau mengiris perih tepat di sini
Entah siapa yang memulai?



Masih Begini

Masih tetap di sini
Membujur tak tersingkab
Rangsangannya tak terhunus
Ada lagu yang mengharu galau
Ini bukan Cuma angin tapi bumi
Bukan posesif saja tapi kuantitasme juga
Jantung memompa,
Lambung mencerna
Paru-paru menghirup
Tak pernah keliru
Itu semestinya
Biarlah adam jadi adam
Biarlah hawa jadi hawa
Kalau itu maunya
Namun kecebong tak selamanya jadi dia
Begitu juga puva


Tak Memaksa

Angin tak pernah memaksa burung tuk bersuara di pagi hari
Kalor yang memaksa besi memuai
Matahari tak memaksa mawar mekar merekah
Tapi memaksa air laut berepavorasi
Naluri yang bergerak
Hati yang merasa
Fuad yang bicara
Walau wajah berselimut lain


Jumat, 26 September 2008

Cerpen (Tresno Jalaran Sakakulino)

Tresno Jalaran Sakakulino
Oleh : Wawan Sumarwan

Siang itu, udara begitu panas karena memang sedang musim kemarau. Ruangan yang penuh sesak dengan para mahasiswa baru yang kelihatan kebingungan karena sedang mencari ruangan kelasnya masing-masing di gedung yang baru mereka masuki, suara yang bergemuruh bising dengan obrolan-obrolan yang tak jelas temanya menambah situasi semakin berantakan. Iwan berada diantara mereka. Iwan seorang mahasisa baru yang berasal dari kota yang tidak biasa dengan hawa udara yang seperti ini terlihat kegerahan dan lusuh, rambut pendeknya berantakan tak karuan arah sisiran, mukanya terlihat payah dan lusuh menunjukan tidak senang dengan keadaan disekitarnya, ditambah lagi bagian punggung dan ketiak bajunya yang basah karena keringat yang mengucur keluar dari tubuhnya.
Jam sudah menunjukan pukul delapan lewat sepuluh menit. Sedangkan menurut jadwal yang ia dapat perkuliahan perdananya dimulai pada jam delapan pas. ”Wah sudah telat sepuluh menit nih” bisiknya sendiri. Iwan terlihat kebingungan, berjalan agak cepat di tengah kegaduhan dan sesaknya ruangan tengah yang banyak terlihat hilir mudik para mahasiswa keluar masuk dari ruangan-ruangan kelas dan yang hanya sekedar lewat saja. Ia berjalan sambil mencari ruangn kelas 1-3-4 tempat belajarnya, yang menurut bagian informasi adalah kelas bagi mahasiswa baru jurusan Bahasa. ”1-3-4 itu lantai 3 mas” jawab seorang laki-laki yang dia tanya.
Iwan memang belum punya kenalan atau teman, karena ia daftar ke universitas ini berawal dari ketidak sengajaannya ketika lewat hendak pulang setelah berkunjung ke saudaranya. Ia tidak sengaja melihat papan nama bertuliskan sebuah universitas yang kebetulan terdapat jurusan yang sedang ia cari dan kebetulan, konon kata salah seorang teman lamanya yang enam tahun lalu pernah kuliah di sini mengatakan bahwa biayanya lumbayan murah.
Iwan naik sampai ke lantai 3, coba mencari ruangan kelas yang ia tuju. ”Maaf Ba, ruangan 1-3-4 mana ya?” tanyanya. ”.... Saya juga ini lagi nyari ruangan itu Mas” Jawab seorang perempuan yang berbaju motif bunga-bunga berwarna hijau muda dan berkulit putih. Kemudian ia menyambungkan ”Mas mahasiswa baru ya?”. Iwan mengangguk meng-iyakan perkiraan perempuan itu. ”Sama mas. Kita satu ruangan, kita cari aja bareng-bareng” Ajak perempuan itu. Tanpa basa-basi dan ragu-ragu Iwan berjalan beriringan. Setelah melewati beberapa ruangan kelas, mereka akhirnya menemukan kelas yang mereka cari. Walaupun kelas sudah dimulai dan sangat penuh sesak, mereka memaksa masuk, sampai mereka duduk di kursi yang tepat berada di mulut pintu. ”Ini adalah kelas baruku, dia adalah teman pertamaku diantara calon teman-taman baruku ini” Fikir Iwan dalam hatinya.

- - - - - - - - - -

Setelah dua kali perkulaiahan barulah Iwan kenal dengan teman perempuan yang kemarin berbaju motif bunga itu, namanya Mia Dianita Purnama. Kemana-mana Iwan berada, disaat menunggu dosen masuk, saat istirahat, dan saat di kantin, Mia selalu bersamanya. Mereka terlihat sangat akrab. Sampai teman dikelasnya mengira kalau mereka sudah saling kenal sebelumnya.
Beberapa hari setelah perkuliahan, satu-persatu teman-teman di kelasnya, ia kenal. Diantara mereka ada yang bernama Dani Ahmadi, Prasetyo Danuwiryo, Hani Puji Lestari, Bambang Sudarmanto dan seorang perempuan yang berbaju ping, Rita Indriyani Fitri namanya atau nama panggilannya Ita. Awal perkenalan dengan teman-temannya biasa saja, begitu juga dengan Ita perempuan muda berbaju ping, berwajah opal, dan berkulit putih, dengan santun kata tuturnya.
Pada hari-hari berikutnya Iwan selalu bertiga dengan temannya Mia, dan Ita. Satu lagi teman akrabnya bertambah. ”Tiga serangkai” begitu teman-temen di kelas menyebutnya, mereka lama-kelamaan semakin akrab, mereka duduk di kelas berjejer berdekatan, dan kemana-mana selalu bersama-sama. Terlebih lagi dengan Ita yang selalu pulang bareng dengan Iwan, karena searah jalan menuju rumahnya. Apalagi ketika Iwan tidak membawa motor, maka ia akan numpang motornya Ita. Iwan akan membonceng Ita sampai ke stasiun terdekat, karena dia akan meneruskan perjalanan pulangnya dengan kereta, kemudian memberikan kembali kendali sepedah motor kepada Ita, sambil mengucapkan terimakasih dan ucapan selamat jalan serta hati-hati pada Ita.






Tresno jalaran sakakulino. Semakin sering mereka bertemu, ternyata mulai timbul hal-hal aneh pada kedua insan yang berlainan jenis itu, Iwan dan Ita. Mereka berdua mulai menunjukan hal yang aneh, dan teman-teman disekelilingnya juga mulai melihat gelagat tersebut, sehingga mereka menganggap bahwa mereka berdua tidak hanya berteman tetapi juga lebih dari itu. ”Kemarin guwa lihat Iwan dan Ita pulang boncengan loh. Dan mereka kelihatannya itu cocok banget gitu ...... da apa nih?” celetuk salah seorang temannya, sambil terlihat mempermainkan mereka. Iwan dan Ita hannya terdiam saja tanpa sepatah katapun menanggapi ejekan mereka. Hanya terlihat memerah di wajah putihnya Ita dan Iwan hanya berlalu berjalan keluar kelas. Begitupun Mia terlihat tersenyum mendengarnya.
Keadaan ini terjadi beberapa lama, hubungan Iwan dan Ita juga Mia biasa-biasa saja, walaupun kesan beda antara Iwan dan Ita semakin terlihat. Terlebih lagi beberapa hari yang lalu Ita cerita kepada Iwan dan Mia bahwa ia baru saja putus dengan pacarnya, secara kebetulan hal yang sama juga terjadi pada Iwan. Keadaan seperti ini nampaknya semakin memperlihatkan dan membuka celah Iwan yang lama-kelamaan ternyata juga mulai tumbuh benih-benih suka, sayang atau mungkin cinta yang tak biasa pada Ita. Begitupun pada gelagat Ita mungkin juga sama.
Iwan yang tak mudah atau mungkin kurang bisa untuk mengungkapkan perasaanya itu, menahan dirinya untuk tidak sampai membesar perasaan anehnya sama Ita. Dan Ita perempuan yang pemalu dalam hal ini, juga terlihat menunggu dan tidak mau untuk mengungkapkannya pertama kali ”Apa kata dunia kalau perempuan dulu yang mengungkapkan perasaanya sama cowok, terlebih lagi aku ini..?” Bisik hatinya, mungkin.
Kondisi ini bertahan cukup lama juga. Antara Iwan yang tidak pandai dan Ita yang menjaga genngsinya ini. Membuat perasaan hati mereka belum terungkap juga. Mereka hanya menutupi peresaan mereka dengan tingkah laku dan hubungannya yang wajar dan bisa-biasa saja, seperti tidak ada perasaan hati yang mendesaknya untuk mengungkapkan sesuatu. Terlebih lagi ada Mia diantara mereka.
Semakin lama Iwan menahan perasaanya, semakin terasa berat baginya. Terlebih desakan teman-temannya untuk segara mengungkapkan sesuatu pada Ita, karena menurut mereka Ita sepertinya sedang menunggu. ”Tingkah lakunya dan perhatiannya sama lo itu, lo liat dong! Dia juga cantik lagi. Dia itu suka sama lo. Lo mau tunggu apa lagi Wan?” Kata Prasetyo temannya. ”Malah kalo lo gak masuk kuliah Wan... dia kelihatannya kecewa banget, gak semanget” Tambah Dani.
Akhirnya Iwan berfikir ingin mengungkapkan isi hatinya pada Ita, namun moment dan kesempatan selalu tidak mendukung. Hingga pada satu ketika Iwan sedang berada dalam kamarnya, melamun menahan perasaan hati dan fikirannya yang selalu tertuju pada sosok perempuan berbaju ping itu. Ia mencoba memberanikan diri mengungkapkan perasaannya, dengan mengirimnya sms ”Ta knp ya? Skrang2 ni gw ingt trs ma lo, da pa ya? Lo gak pa2-kn?”. Namun ternyata maksud yang tersembunyi pada kata-kata tersebut tidak dimengerti Ita, atau mungkin Ita memang tidak punya perasaan yang sama seperti Iwan. Ita malah membalasnya dengan kalimat yang sebenarnya tidak diharapkan Iwan. Hal ini membuat Iwan kecewa.
Balasan sms yang di terima membuatnya frustasi dan kecewa berat. Namun untuk tipe laki-laki seperti Iwan yang jarang banget kenal cewe’ dan tidak mudah untuk melupakan sosok perempuan yang dia kagumi, berfikir lain. Dia mencoba mengobati dirinya sendiri, dia mencoba menjernihkan fikiran dan perasaannya, dia berfikir bahwa, Ita hanyalah sebagai teman, teman biasa tidak lebih dari sekedar itu, perhatiannya, tingkah lakunya selama ini hanyalah wujud perasaan sebagai teman biasa. ”Bahwa yang selama ini aku rasakan, yang selama aku nilai dari tingkah lakunya kepadaku ini ternyata salah. Aku mungkin terlalu pd (percaya diri) atau ke gr-an kali....ah. Ita itu adalah teman...sekedar teman....sekedar sahabat....sama seperti Mia atau yang lainnya...” Bisik Iwan pada hatinya. Hal ini ia patri dengan kuat dalam hatinya.
Setiap kali kuliah, Iwan, Mia dan Ita selalu bertemu, ngobrol, jalan-jalan, makan di kantin, belajar di kelas, pulang bareng, dan sekedar duduk-duduk di luar kelas bersama-sama. Semuanya dia lalui dengan biasa-biasa saja, seperti tidak ada dan tidak pernah ada perasaan yang pernah membuatnya tidak nyenyak tidur dan perasaan yang pernah mengusik hatinya dan kehidupannya. Semuanya telah ia buang jauh-jauh, walaupun tidak sepenuhnya dia mampu menghapusnya. Kadang juga masih terlihat tingkah dan perhatian Ita yang masih seperti memberikan peluang untuk membukakan pintu hati cintanya untuk Iwan.
”Nampaknya tidak semua yang kita rasakan dalam hati harus kita ungkapkan, dan tidak setiap yang kita lihat dan kita terima juga bisa kita nilai sebagai wujud perasaannya yang sama seperti yang kita rasakan. Biarlah hati ini, perasaan ini dan cinta serta sayang-




ini aku ungkapkan dan wujudkan hanya sebagai ungkapan seorang sahabat. Cinta pada seorang sahabat, tidak akan pudar dan akan tetap menjadi kenangan yang manis, tetapi wujud ungkapan cinta dan sayang seorang kekasih bisa saja hancur dan rusak”, inilah suara hati Iwan yang selalu terucap, ketika ia bersama Ita, atau terlintas fikiran aneh tentangnya.
”Hati dan cinta ini hanya untuk dia, bukannya untuk Ita. Dan mungkin hati dan citanya Ita juga untuknya bukan untukku”.
Biarlah Iwan memupus cintanya sendiri, tanpa mengetahui bahwa apakah Ita juga mencintainya atau tidak. Dan biarlah semuanya berjalan apa adanya seperti air yang mengalir, kemanapun mengalirnya, siapapun yang melihat dan menyentuhnya, dan bagaimanapun digunakannya, dia tetap menganggap semuanya sama, tidak pernah berubah.
Apakah Iwan telah salah membunuh perasaannya pada Ita. Atau Ita telah salah berbohong pada hatinya sendiri bahwa sebetulnya dia juga mempunyai perasaan hati yang sama pada Iwan, dan ia masih menunggu Iwan untuk mengucapkannya?

- - - - - - - - - -
Kala itu, dalam kesendiriannya dia termenung, lalu dia menuliskan ungkapan perasaannya saat itu dalam sebuah puisi :

Anganku atas Inginku

K
etika ku hanyut dalam keberadaanku
Coba ku cari pegangan yang menopangku
Tak ada tiang tuk bersandar
Semua tiang lapuk, lusuh dan rusak mungkin?
Lautku sedang pasang dan badai
Hingga hancur keindahan di pantaiku

Saat itu anganku tertuju
Bahwa ada satu yang tak hancur
yang mungkin bisa hidupkan semua kembali
Basahi tanahku yang hampir kering
Membantuku tuk berdiri, bangkit dan berjalan mungkin kadang berlari

....?
Kau sirami aku dengan senyummu
Matamu memancarkan semangat hidupku
Suaramu nasehat bagi pulihnya tenagaku
Kepalan tanganmu membuatku semakin ingin hidup

Aku sadari ini semua,
Walau kadang ada bisikan yang meluluhkannya
Tapi tetap saja aku semakin yakin....
Dan membuatku semakin jauh memujimu

Namun apakah dia tau ini?
Atau cukup hanya untukku saja?

Senin, 22 September 2008

Sahabat

Sahabat?

Sudah menjadi fitrah, manusia sebagai makhluk sosial. Bergaul dan bermasyarakat merupakan bagian dari kebutuhan super primer manusia. Tentunya tanpa adanya hubungan dengan oranglain seorang manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun Tarzan hidup sendiri di hutan, namun setidaknya dia pernah dilahirkan oleh seorang ibu yang pasti pernah melakukan suatu interaksi/hubungan. Terlebih lagi kita, yang setiap hari, setiap saat melakukan unteraksi dengan orang lain.

Dalam berhubungan dengan orang lain tentunya kita mengenal istilah teman/sahabat. Setiap orang pasti punya sahabat/teman, baik itu anak-anak ataupun dewasa.

Semua bisa berawal dari sahabat. Sahabat bisa jadi apa saja. Bisa menjadi orang yang sangat dekat seperti suami atau istri, bisa menjadi rekan sepeti Batman dan Robin, bisa menjadi pacar seperti Rama dan Sinta atau Minke dan Annelis, bisa juga menjadi musuh seperti Kobil dan Habil atau seperti Brahmana dan Rahwana.

Sahabat yang baik adalah yang selalu berada di samping ketika dalam kejayaan ataupun dalam keterpurukan.
Sahabat adalah dia yang selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh, karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Saat mata menangis, tangan menghapusnya.

Siapapun bisa menjadi sahabat. Persahabatan tidak membedakan golongan, ras, gender, tingkatan, atau kelas. Mencari sahabat hampir sama dengan mencari ilmu. Ilmu apapun boleh kita tahu, sekalipun ilmu menipu atau mencopet, misalkan, karena dengan ilmu itu bisa terhindar dari penipuan atau pencopetan. Begitu juga mencari teman, siapapun bisa menjadi teman, sekalipun tukang copet atau tukang tipu misalkan. Yang terpenting bagaimana kita bisa memilih mana yang baik dan yang tidak. “Dimanapun bumi di jungjung disana kita mengabdi”, artinya diamanapun kita berada, dengan siapapun kita berteman, maka kita harus bisa memberikan manfaat terhadapat lingkungan dan teman-teman sekitar, “sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi manusia”.

“Berada di dekat tukang ikan, maka akan terbawa bau ikan, berada di dekat tukang parfum, maka akan terbawa wangi parfum”. Perlu kiranya memilih teman, apabila memang ada ketakutan terhadap terjerumus atau terkontaminasi dengan teman yang berkelakuan kurang baik. Tapi sekali lagi yang terpenting, harus mempunyai komitmen terhadap keinginan dan kesungguhan untuk selalu berbuat baik, selalu mau belajar, selalu mau memberi, dan selalu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Jangan tanyakan berapa banyak yang sudah dia berikan dan apa yang sudah dia kerjakan, tapi coba tanyakan apa dan berapa banyak yang sudah anda lakukan atau berikan. Karena bagaimanapun persahabatan tidak dapat diukur dengan apa yang sudah diberikan saja, tapi juga ketulusan dan keiklasan dalam bersahabat. Begitu juga ketulusan, tidak dapat menilai seseorang dari tingkah-laku atau perbuatannya dengan ukuran ketulusannya. Namun yang terpenting adalah selalu berbuat dengan ikhlas dan berperasangka dengan baik. Bersahabat bukan hitungan kuantitatif tapi kualitatif juga.

Tidak dapat terbayangkan jika hidup tanpa sahabat. Kemana-mana hanya sendiri tidak ada teman ngobrol atau buat pegangan tangan. Kalau nyasar, nyasar sendirian, kalau malu ya malu sendiri, kalau takut juga takut sendirian.. Ketika ada masalah hanya bisa dipendam sendirian yang ujung-ujungnya kalau tidak kuat bisa jerawatan atau jatuh sakit. Kalau lagi tajir juga gak ada teman berbagai. Sepi rasanya dunia ini. Dunia serasa milik sendiri alias sendirian, dan yang lain...tidak ada, tidak ada satu rangpun Iiii tatut.