Selasa, 15 Juli 2008

PUISI dan Kejujuran

ANGANKU ATAS INGINKU

Ketika ku hanyut dalam keberadaanku
Coba ku cari pegangan yang menopangku
Tak ada tiang tuk bersandar
Semua tiang lapuk, lusuh dan rusak mungkin?
Lautku sedang pasang dan badai
Hingga hancur keindahan di pantaiku

Saat itu anganku tertuju
Bahwa ada satu yang tak hancur
yang mungkin bisa hidupkan semua kembali
Basahi tanahku yang hampir kering
Membantuku tuk berdiri, bangkit dan berjalan mungkin kadang berlari

....?
Kau sirami aku dengan senyummu
Matamu memancarkan semangat hidupku
Suaramu nasehat bagi pulihnya tenagaku
Kepalan tanganmu membuatku semakin ingin hidup

Aku sadari ini semua,
Walau kadang ada bisikan yang meluluhkannya
Tapi tetap saja aku semakin yakin....
Dan membuatku semakin jauh memujimu

Namun apakah dia tau ini?
Atau cukup hanya untukku saja?




BIAR AKU TETAP SUKA KAMU

Banyak wanita bercantik molek
Berkulit mulus tiada berkerak
Berwajah manis semanis kolak
Berbaju indah beragam corak
Berjalan juntai seperti bebek
Bertutur pandai tiada berarak


Pastilah mata pria terbelalak
Melihat mereka kagum berdecak

Tapi sayang mereka begitu
Berbusana seperti tiada berbaju
Bertingkah tiada norma berlaku
Berbuat semau diri tiada malu
Berlisan nista tiada berilmu
Akh... yang begitu aku tak mau
Ku harap kamu tidak begitu
Biar aku tetap suka kamu



SEBETULNYA AKU MAU...

Wajahnya slalu terbayang
Terlihat jelas tiada terhalang
Suaranya terdengar jelas
Mengalun merdu serak-serak keras

Wajahnya ada dihadapku
Suaranya ada di telingaku
Matanya ada dimataku
Tangannya halus di ganggamku

Mataku mengetuk hatinya
Berharap harap kan terbuka
Hatiku berbisik di teliganya
Bisikan kata angin surga
Ku ajak dia berjalan menyusuri sungai gangga
Bergenggam tangan terlepas sayang
Melewati bunga-bunga soka
Ku petik dua, ku selipkan di rambutmu yang tiada ku bayang
Desir angin membawa wangi tubuhmu
Hinggap di hidungku hingga menusuk jiwa
Membasahi sekujur tubuhku kian terayu
Meresap dalam dada sesak terasa

Masih di depanku, di genggaman tanganku
Kau menari-nari tertawa ria
Semakin erat tanganmu meremas jemariku
Ku hanya tersenyum menatapmu tiada terkira

Belum layu bunga di rambutmu
Kau dekatkan suaramu di telingaku
Bibirmu menyentuh daun telinga
Membuat hasratku meronta-ronta
Apa maksud dengan kamu suara
Agar ku dengar jelas tidak berkurang

Membisakkan kata tanpa diramu
Tak diramu pun membuatku mati kaku
Hujan badai tiada berasa
Sakit gigi seindah alunan biola
Jadam semanis madu
Kau ucapkan “padamu aku sayang”
.......
.......
.......
.......

Angin berhembus menyentuhku
Hujan di laur mengetukku
Kokok ayam membangunkanku
Menyadarkan dari mimpi indahku

Jujur Aku Mau ....
........

(Tobe cont....)

























BULAN PURNAMA

Bulan purnama terangi malam yang gulita
Halaman pekarangan riuh gelak tawa
Anak-anak bermain dengan riang gembira
Ibu-ibu saling berbagi cerita
Bapak-bapak menganyam jala

Malam tidak lagi menyeramkan
Gelap tidak lagi jadi halangan
Sunyi sepi telah tersingkirkan
Karena kehadiranmu yang diidamkan

Ingin rasanya setiap malam seperti ini
Namun itu tiada kan terjadi
Karena kau kan pergi Tapi pergi, pasti akan kembali























































Kamis, 10 Juli 2008

Kerinduan dan karena rindu



Maaf aku Merindukanmu

Ini aku dengan salahku
Ini aku dengan inginku
Ini aku dengan anganku
Ini aku dengan kamu
Maaf aku merindukanmu



LAGI-LAGI

Lagi-lagi angin itu berhembus membawanya
Menyeretnya mendekat kepadaku
Memaksaku mencium wanginya
Merangkulku, tuk mencumbunya
Meresahkan anganku yang tak dapat lepas

Lagi-lagi waktu bergerak menggiringnya
Membawanya untuk bersekutu denganku
Bergerak berdentum bersama dalam hentakan langkahku
Membebaniku dengan beribu asmara di punggung
Tak bisa ku letakkan sejenak atau selamanya saat ini


Lagi-lagi mata itu membawaku melihatnya
Pandangan yang tak ingin ku toleh
Namun mataku memaksanya, mewajibkan melihatnya
Menatapnya dalam-dalam, hingga mataku tak bisa menatap ke lain lagi
Mata ini telah menyimpan gambarnya di dalam sana
Sangat dalam….


Lagi-lagi anganku melakukannya
aku menciumnya
aku menyentuhnya
aku mencubunya
aku menginginkannya


Lagi-lagi ku ingat dia
Lagi-lagi ku merindukannya
Padahal ini terlarang …..
Akh…….



MATANYA

Mata besar
Putih, coklat jernih di selaput pelanginya
Garis-garis di badan beningnya terlihat tipis
Hampir tak terlihat

Di badan beningnyanya putih, bersih
Menatapnya seakan berada di padang salju
Putih berhampar, empuk, dan dingin
Guratan-guratan tipisnya bagai guguran bunga-bunga sakura yang jatuh terhempas angin musim gugur selepas musim salju
Inginku berselancar disana
Atau bermain kejar-kejaran,
Atau membuat boneka salju yang bertopi hitam dan berhidung ranting cemara


Mata besar
Putih, coklat di selaput pelanginya


Irisnya hitam pekat, halus, licin
Mengkilap indah,
Tajam
Menatapnya seolah sedang di todong mulut meriam yang menganga
Membidik tepat di depan mata
Mengunci sendi-sendi
Melumpuhkan otot-otot
Membuat fikrian tak terkendali


Mata besar
Putih badan beningnya, hitam di irisnya



Pencarian

Dalam diam ku terbang
Membumi ke angkasa raya
Menyebrangi samudra
Membelah cakrawala
Menyisiri seluk-beluk relung jiwa
Mencari satu nafas yang kosong

Nafas tertahan, tersengal
Jakun menelan peluh gelisah
Bermandikan derai-derai keputus asaan
Hingga hampir ku terhempas jatuh di atas awan yang gelap

Napas tercium wangi
Mengisi hati menyambung nyawa
Menghapus perih tinggalkan pedih
Namun hati tetap ragu
Sebelum nafas aku miliki
Atau nafas ini berhenti

(anu-w@n)